Sabtu, 24 Januari 2009

Kota Cepu

Cepu, sebuah kecamatan yang mempunyai luas 49,15 Km² merupakan salah satu dari 16 kecamatan di Kabupaten Blora,¹ . Kecamatan ini terkenal karena terdapat kandungan minyak di dalam buminya. Adalah Andrian Stoop, kelahiran Kota Dordrect, Holand, Belanda, orang yang berjasa menemukan sumber minyak di kawasan Cepu. Rampung menyelesaikan studinya di HBS (setaraf SLTA), dia melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi fakultas tehnik geologi, bergelar Insyinyur Pertambangan.kemudian melakukan perjalanan yang panjang untuk mencari sumber minyak bumi. Akhirnya ia menemukan sumber minyak berkualitas di wilayah Cepu. Kini dengan segala kelebihannya, Cepu menjadi magnet daerah sekitarnya, seperti Bojonegoro, Tuban, Blora dan nasional dengan temuan ladang minyak Blok Cepu,².

Pernah terjadi peristiwa kebakaran di salah satu tempat pengeboran minyak di daerah Cepu, tepatnya pada hari senin 25 Februari 2002 di Desa Sumber, Kecamatan Randublatung, beberapa kilometer di baratdaya pusat kota Cepu. Api yang menyala menyembur keatas meninggi sampai mencapai 50 m tingginya. Hawa panas menyebar sampai menerabas jauh ke jarak 400 m. Warga diperintahkan untuk mengungsi karena sumur yang terbakar mengembuskan asam sulfida yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Pertamina sampai menyewa 2 orang konsultan dari Well Control Asia, yang berpengalaman sewaktu memadamkan api di sejumlah sumur minyak yang terbakar di Kuwait pada 1989 karena dibakar oleh pasukan Irak, untuk membantu memadamkan api,³. Penulis sempat menyaksikan juga peristiwa tersebut. Api yang meninggi bahkan dapat terlihat seperti lilin dari jarak puluhan kilometer pada waktu malam hari. Suara api pada waktu itu begitu menderu deru bahkan dapat didengar dari rumah penulis yang berjarak sekitar 30 Km dari pusat kebakaran pada tengah malam dalam keadaan sunyi. Seingat penulis beberapa minggu kemudian api baru dapat dipadamkan. Dan kebakaran ini menelan korban luka parah sekitar 300 jiwa. Pertamina menganggap bahwa ini adalah bencana alam. Walaupun sebenarnya mereka punya sirine, dan alat pemantau ledakan, tetapi sayangnya terlambat digunakan,⁴. Dari beberapa sumber lisan, pertamina sudah membayarkan ganti rugi kepada tiap warga yang menjadi korban bencana. Pada saat penulis menyaksikan kebakaran itu dari jarak terdekat yang diperbolehkan, ternyata banyak sekali orang yang menonton, seperti orang menonton pasar malam. Bahkan disana dibuat tempat – tempat parkir bagi kendaraan penonton dan di tarik biaya parkir yang lebih mahal dari harga parkir biasa. Dan pada saat itu yang menonton banyak pula yang berasal dari luar kota seperti Purwodadi, Blora, dan Padangan.

Bagaimanakah Cepu mendapatkan namanya? Ada beberapa sumber mengenai asal-usul nama Cepu. Namun bagi penulis cerita ini yang paling mengena. Bermula dari peristiwa peperangan dua orang Adipati, Adipati Tedjo Bendoro (Tuban) dan Adipati Djati Koesoema (Bojoengoro) Jawa Timur. Adipati asal Bojonegoro Djati Koesoema kalah perang. Sudah menjadi adat terikat tempo dulu, yang kalah harus menyerahkan semua kekanyaannya, putra-putrinya dan membayar ganti rugi. Termasuk putri Adipati Djati Koesoema, Retno Sari, putri cantik ini diserahkan kepada Adipati Tedjo Bendoro. Sayang, Retno Sari keberatan, dia melanggar janji dan kesapakatan adat, wanita ini melarikan diri. Dari kisah pelarian putri rupawan ini, lahir nama-nama punden, dukuh, desa dan lokasi seperti Tuk Buntung dan lainnya. Larinya gadis cantik membuat Adipati Tedjo Bendoro murka, dia terpaksa melepas senjata mirip panah kearah san putri, senjata itu persis mengenai bagian paha (Jawa, pupu). Pusaka kecil mirip panah yang dilepas Adipati Tedjo Bendoro, saat itu dikenal dengan nama Cempulungi. dan dari senjata ampuh tadi, lantas (mungkin) lahir nama Cepu,⁵.

Kecamatan Cepu sendiri terdiri dari beberapa kelurahan dan Desa antara lain : Balun, Cabean, Cepu, Gadon, Getas, Jipang, Kapuan, Karangboyo, Kentong, Mernung, Mulyorejo, Ngelo, Nglanjuk, Ngloram, Ngroto, Sumberpitu, dan Tambakromo,⁶. Sedangkan penulis sendiri juga berasal dari salah satu Desa di Kecamatan Cepu, yaitu Desa Kentong.

Dari berbagai sumber yang sempat penulis baca dan juga dari beberapa sumber lisan, Desa Jipang konon dulunya merupakan pusat Kadipaten Jipang-Panolan dengan Aryo Penangsang sebagai Adipati-nya. Kadipaten Jipang-Panolan konon dulu membawahi kabupaten Blora, Rembang, Pati dan mungin juga Jepara. Aryo Penangsang merupakan putra dari Pangeran Sekar Sedalepen, Adik dari Raja Demak yang kedua : Pangeran Pati Unus, dan merupakan anak kedua dari Raden Patah, Raja pertama dan pendiri kerajaan Demak. Pati Unus hanya sebentar menjadi Raja di Demak, karena kemudian ia gugur ketika memimpin pasukan yang mencoba mengusir sepasukan bangsa Portugis yang menguasai Malaka. Karena Pangeran Sekar Sedalepen adik kedua dari Pati Unus juga meninggal ( Konon Ia meninggal di tepi sungai dalam sebuah peperangan, dan ia menghanyutkan anaknya, Aryo Penangsang yang masih bayi di sungai agar selamat. Ia sendiri mendapat nama tambahan Sedalepen, Seda = Meninggal, Lepen = Sungai, karena peristiwa ini.) Posisi Raja di Demak kemudian di ambil alih oleh Sultan Trenggono, anak ketiga dari Raden Patah. Bayi anak dari Pangeran Sekar kemudian ditemukan seingat penulis oleh sunan Kudus, ia di namai Aryo Penangsang karena saat ditemukan ia tersangkut pada tumbuhan di pinggir sungai ( Penangsang = Temangsang = Tersangkut ). Setelah Dewasa Aryo Penangsang menjadi Adipati Jipang dan berebut kekuasaan bekas kerajaan Demak dengan Raja Pajang Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir yang memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang. Jaka tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya ini merupakan menantu dari Sultan Trenggono. Dalam peperangan ini terjadi banyak peristiwa yang hingga kini melegenda di masyarakat. Pada saat perang itu untuk pertahanan di digalilah semacam parit yang melingkari Jipang lalu dihubungkan dengan Bengawan Solo hingga terbentuk lingkaran sungai melingkari Jipang. Pada sore hari, karena pengaruh gravitasi bulan, air sungai bengawan solo pasang sehingga sungai yang melingkari Jipang tadi menjadi penuh. Oleh karena itu sungai ini dinamai Bengawan Sore. Sungai ini juga diberi semacam kutukan bahwa siapa yang menyeberanginya akan celaka. Dan kutukan tersebut akhirnya menjadi bumerang buat Aryo penangsang sendiri. Dengan cerdiknya ki Jurumertani, seorang penasehat pasukan Pajang menyuruh prajurit pajang menunggangi kuda betina di luar sungai bengawan sore. Saat itu Aryo Penangsang sedang menaiki kudanya yang terkenal bernama Gagak Rimang, seekor kuda jantan yang sangat gagah dan berbulu sehitam burung gagak, sedang berada di seberang dalam sungai. Kontan saja Gagak rimang langsung berlari menyeberangi sungai bengawan sore karena tertarik dengan kuda betina prajurit pajang dengan Aryo Penangsang masih menungganginya. Akhirnya terjadilah peperangan sengit antara Aryo Penangsang dengan Sutawijaya, seorang senopati pajang, yang membawa tombak pusaka kerajaan Demak, Tombak Kyai Pleret. Sebenarnya Sutawija sendiri merupakan keponakan Aryo Penangsang dan saat itu masih muda sekali sehingga Aryo Penangsang meremehkannya dengan tidak menghunus kerisnya. Dan dengan tombak Kyai Pleret Sutawijaya dapat merobek perut Aryo Penangsang. Tetapi dengan kesaktiannya Aryo Penangsang tidak apa-apa walaupun ususnya terburai keluar. Lalu usus yang terburai tadi dikalungkanya pada keris di pinggangnya. Dan dengan kesaktiannya Sutawijaya dapat dikalahkan. Namun Aryo Penangsang tidak berniat membunuhnya, mengingat Sutawijaya masih keponakannya sendiri. Ki Jurumertani yang berotak cerdik lalu malah memanas manasi Aryo Penangsang untuk membunuh saja Sutawijaya. Aryo Penangsang akhirnya terprovokasi juga dan mencabut kerisnya yang terkenal dengan nama Keris Setan Kober. Aryo Penangsang lupa bahwa ia masih mengalungkan ususnya di keris tersebut hingga akhirnya ususnya terpotong lalu meninggal. Tubunya lalu dibawa lari oleh kudanya dan kudanya kemudian lari entah kemana. Hingga sekarang tidak ada yang tahu dimana sebenarnya kuburan Aryo Penangsang. Sutawijaya di kemudian hari akhirnya menjadi raja dan memindahkan lagi pusat kerajaannya di daerah Kota Gede Jogjakarta dan menjadi raja pertama Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senopati. Sampai sekarang peristiwa Aryo Penangsang yang mengalungkan ususnya di keris masih diabadikan dalam acara temanten tradisional di daerah utara dan timur jawa tengah, dimana temanten lelaki mengalungkan rangkaian kembang melati di keris yang terselip di pinggangnya. Dan setelah kekalahan itu tampaknya Jipang tidak lagi menjadi pusat Kadipaten dan sekarang Jipang hanya menjadi sebuah desa yang tanahnya begitu subur karena Bengawan Solo yang setiap selesai banjir meninggalkan lumpur humus yang subur. Sisa sisa kraton kadipaten Jipang sampai saat ini masih begitu menyimpan keangkeran terletak di komplek makam desa dengan banyak pohon pohon besar yang begitu lebat yang sudah sangat kuno dan dikelilingi oleh kain mori putih. Terlihat sangat angker walaupun pada siang hari. Begitulah sedikit kisah rakyat yang masih terkenal di daerah Jawa tengah dan Jawa timur, dan dulu kisah ini sering dimainkan dalam sandiwara tradisional Ketoprak. Dan konon harus melakukan upacara ritual di Jipang dahulu apabila Ketoprak akan mementaskan lakon ini.

Di kota kecil Cepu ini banyak pendatang dari seluruh penjuru Indonesia yang bekerja sebagai pegawai Pertamina, Migas, PNS, ataupun berwiraswasta dan berdagang. Banyak pula pendatang dari seluruh Indonesia yang menuntut ilmu di STEM, PUSDIKLAT MIGAS, atau di STTR Cepu. Ada juga orang – orang dari luar yang menjadi Atlet dan pada sore hari orang – orang berkulit hitam dan berambut keriting sering terlihat sedang berlatih di lapangan Atletik Migas. Sedang mata pencaharian penduduk kota Cepu umumnya berwiraswasta sebagai pedagang, pengusaha, PNS, pegawai BUMN, sedang penduduk desa nya sebagian besar bertani, pedagang, bewiraswasta, beternak, dan ada juga sebagai nelayan di daerah pinggiran sungai bengawan solo. Sedang para pemuda desa kebanyakan merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, ataupun Semarang.

Banyak yang mengatakan bahwa penduduk kota Cepu umumnya konsumtif, dan penulis juga setuju akan hal ini. Segala sesuatu yang sedang populer di kota besar seperti Semarang, Surabaya, Jogjakarta, ataupun Jakarta, biasanya akan cepat ditiru juga oleh pemuda-pemudi kota Cepu. Di kota ini banyak berbagai macam toko didirikan. Terdapat pula beberapa rumah sakit umum dan swasta, industri mebel, Rumah-rumah makan, Café, sampai losmen, hotel, bahkan hotel berbintang 4. Kota Cepu sangat ramai di bandingkan dengan kota-kota lain di sekitarnya seperti Blora, Purwodadi, dan kota-kecamatan kecil disekelilingnya. Di malam hari pada hari libur kota sangat ramai terutama di kawasan Taman seribu lampu, tempat berbagai pedagang kaki lima berkumpul. Suasana di taman ini mirip pasar malam saja, bedanya setiap malam pasar ini selalu ada, dan selalu ramai pada malam-malam hari libur. Para pemuda yang sebagian besar dari desa-desa di sekitar Cepu akan berdatangan di taman pada malam minggu atau malam hari libur untuk ngopi di warung-warung kaki lima yang berceceran di taman ini.

Ngopi merupakan kebiasaan warga Cepu. Dari pagi sampai malam warung kopi selalu ada yang membeli dan biasanya sering ramai. Dari pelajar, Mahasiswa, Penganggur, PNS, Pedagang, Pegawai swasta, dari pemuda sekolah sampai kakek-kakek sering terlihat berkumpul bersama di warung-warung kopi yang banyak berceceran di pinggir-pinggir jalan kota Cepu. Kopi yang dihidangkan yaitu Kopi kothok, Kopi yang dimasak bersama air dan gulanya hingga airnya mendidih, hingga masak dan tidak menyebabkan perut kembung. Kopi Kothok yang paling terkenal enaknya di Cepu yaitu kopi kothok Mbah Seger yang warungnya terletak di sebelah SMU N 1 Cepu. Dan acara ngopi ini, walaupun yang diminum hanya kopi secangkir, tetapi biasanya menghabiskan waktu yang lama untuk bersantai melepas lelah dengan menikmati kopi sambil biasanya mengobrol dengan teman. Penulis juga salah satu penggemar Ngopi. Memang bukan kopinya saja yang dicari, tetapi santai sambil ngobrol bersama teman itulah yang dicari.

Pernah terjadi suatu kecelakaan tabrakan hebat antara kereta api pengangkut minyak dengan sebuah mobil isuzu panther di perempatan jalan yang menyilangkan jalan Diponegoro dengan jalan Ronggolawe di jantung kota Cepu. Tabrakan terjadi pada jum’at malam 23 September 2005, sekitar pukul 18 : 30 wib. Tabrakan tersebut menyebabkan ledakan api sampai radius puluhan meter, hingga menyebabkan belasan rumah warga terbakar. Tabrakan juga mengakibatkan beberapa ruko terbakar, juga gedung bank Mandiri cabang pembantu Cepu ludes terbakar. Empat dari sembilan gerbong kereta dan mobil isuzu panter yang saling bertabrakan juga hangus. Peristiwa ini kemudian langsung diselidiki oleh tim dari kepolisian daerah Jawa Tengah yang langsung dipimpin oleh Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Polisi Chairul Rasyid. Tim menyelidiki apakah peristiwa ini murni kecelakaan atau ada upaya sabotase,⁷. Namun sampai hari ini kelihatanya peristiwa tersebut dianggap murni kecelakaan. Peristiwa ini mengingatkan penulis pada sebuah warung yang ikut terbakar tempat dulu penulis makan siang ketika masih sekolah pada waktu ada les sore hari di sekolah. Rumah penulis yang jauh dari sekolah menyebabkan penulis tidak pulang apabila ada les. Dan warung tersebut sering penulis kunjungi untuk makan siang. Warung ini pemiliknya sangat baik hingga banyak anak sekolah yang berhutang di warung ini. Kabarnya rumah rumah yang terbakar sudah menerima ganti rugi. Semoga saja memang begitu (Rofiq)

Sumber – sumber :

1. Koran sore wawasan 30 april 2007

2. Koran sore wawasan 30 april 2007

3. tempo 4 maret 2002

4. harian umum sore sinar harapan, Senin 27 Mei 2002

5. Koran sore wawasan 30 april 2007

6. http://khatusbikha.blogspot.com posting tggl 07 November 2008

7. Metronews.com, Sabtu 24 September 2005 10:10 WIB

3 komentar:

  1. Mohon kunjungi blog kami. Terima kasih.
    http://www.anekamebelkursi.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Pengen sekali ke Cepu, Insya Allah dijabah.. aamiin...

    BalasHapus
  3. (Taman seribu lampu),tempat yang pas buat tongkrongan di malam hari,sambil menikamati gethuk campur plus pengamen pinggiran....

    Hahahaa.....

    Trus abis itu,on the way ke Mentul city....
    Kangen momen seperti dulu. . . .

    BalasHapus